Rabu, 26 Januari 2011

1 ekor tuna dihargai 3,5 M





 Seekor ikan tuna sirip biru raksasa terjual seharga 396.000 dollar AS atau sekitar Rp 3,5 miliar pada pelelangan pertama tahun ini di pasar ikan terbesar dunia di Tokyo, Rabu (5/1/2011), pada penawaran subuh.
Ikan seberat 342 kg itu tertangkap di sekitar pulau sebelah utara Jepang, Hokkaido, ditawar hingga 32,49 juta yen (396.000 dollar), kata seorang petugas di pasar ikan Tsukiji. Nilai itu adalah tawaran tertinggi, lebih besar dari rekor sebelumnya senilai 20,02 juta yen yang juga dibayarkan untuk ikan tuna sirip biru pada tahun 2001, kata seorang petugas.
Sashimi, jenis makanan dari ikan mentah dari ikan raksasa tersebut, diperkirakan akan dijual hingga 3.450 yen sebagai harga awal, tulis media setempat. Ikan tersebut dibeli oleh pemilik restoran sushi dari Jepang dan Hongkong yang juga membuat tawaran bersama untuk ikan tuna sirip biru lain pada lelang pertama tahun lalu di Tsukiji, pasar ikan seluas lebih dari 40 lapangan sepak bola.
"Saya merasa lega," kata pemilik restoran asal Hongkong kepada wartawan di pasar itu, tempat total 538 ikan tuna sirip biru juga terjual dengan harga tinggi dalam lelang subuh tersebut. "Ikan tuna itu bagus," katanya. "Harga yang tinggi terjadi karena pembeli asing juga menginginkan tuna itu."
Media setempat mengatakan, penawar dari China yang sedang mengalami pertambahan permintaan jenis ikan tuna sirip biru ikut mendongkrak harga jual hingga mencapai rekor baru. "Globalisasi makanan memicu tingginya harga," kata seorang peserta menurut kantor berita Kyodo. "Ini merupakan berita bagus yang menghidupkan seluruh pasar. Saya harap perekonomian Jepang juga dapat terdorong dan meningkat."
Masa perburuan ikan yang berlebihan telah menjatuhkan harga tuna global, memicu beberapa negara Barat untuk melakukan pembatasan perdagangan atas ikan tuna sirip biru Atlantik yang langka tersebut. Jepang mengonsumsi tiga perempat ikan tuna sirip biru yang ditangkap di dunia, bahan dari sushi yang dihargai tinggi di Jepang dan dikenal sebagai kuro maguro (tuna hitam) dan disebut pencinta sushi sebagai "permata hitam" karena kelangkaannya.(SUMBER:KOMPAS)

Selasa, 25 Januari 2011

PPS BUNGUS yang damai,kaya nan indah







SEJARAH
Sejarah PPS Bungus diawali dari Proyek Pembangunan dan Pengembangan Perikanan Sumatera atau lebih dikenal dengan nama “Sumatera Fisheries Development Project” (SFDP) yang dimulai sejak tahun 1981 dan selesai tahun 1989 dengan sumber dana berasal dari pinjaman Bank Pembangunan Asia (ADB Loan 474-INO) sebesar US$ 9,3 Juta dan dana pendamping setiap Tahun Anggaran dari APBN. Pada periode ini SFDP telah berhasil membebaskan tanah seluas 14 Ha dan membangun beberapa fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang.
Periode berikutnya, kegiatan SFDP berakhir dan dilanjutkan oleh UPT Direktorat Jenderal Perikanan yang disebut dengan Pelabuhan Perikanan Nusantara Bungus berdasarkan SK. Mentan Nomor : 558/Kpts/OT.210/8/90 tanggal 4 Agustus 1990 (Vide Persetujuan Menteri Pendayagunaan Aparatur negara Nomor : B.590/I/90 tanggal 2 Juli 1990) dengan status eselon III/b.
Perkembangan selanjutnya terhitung mulai tanggal 1 Mei 2001 Pelabuhan Perikanan Nusantara Bungus ditingkatkan statusnya menjadi eselon II/b dengan klasifikasi Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus (PPSB) berdasarkan SK. Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : 26.I/MEN/ TAHUN 2001 (Vide Persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : 86/M.PAN/4/2001 tanggal 4 April 2001). 


DAYA TARIK PELABUHAN
Kemudahan bagi investor dalam memanfaatkan lahan karena status lahan adalah hukum sertifikat HPL (Hak Pengelolaan Lahan); Kondisi perairan PPS Bungus sangat tenang dan dengan kolam pelabuhan yang sangat dalam tanpa pernah mengalami pendangkalan; Letak geografis PPS Bungus sangat strategis karena berada di pertengahan pulau sumatera, berada dekat dengan daerah penangkapan ikan, sehingga mutu ikan hasil tangkapan dapat dipertahankan karena hari penangkapan (catching day) menjadi lebih pendek; Keberadaan PPS Bungus di Kota Padang sehingga sangat mudah memperoleh kebutuhan melaut seperti BBM, air tawar, es, ransum, maupun logistik lainnya.